Tips berkata nggak dan jangan kepada anak
Siapa bilang menikah, berkeluarga dan membina rumah tangga itu perkara mudah? Jangan salah, justru tantangan hidup berkeluarga mulai semakin berat lagi setelah kehadiran anak. Pasalnya, kita nggak lagi sekadar memikirkan perkara diri sendiri dan pasangan, tapi juga kelangsungan hidup dan pola asuh si kecil.
Banyak informasi bertebaran, tentang nasihat untuk stop berkata ‘jangan’ atau ‘nggak’ kepada anak. Padahal nih, sesekali mengatakan kedua kata ‘negatif’ itu sangat perlu lho! Kalau sampai kita sebagai calon orangtua bertekad untuk mati-matian menghindari kedua kata itu, siap-siap saja deh mencetak semakin banyak generasi manja yang nggak pernah bisa puas. Eh, kok bisa begitu?

Ya, mungkin sebagai orangtua kamu nggak tega ya menolak permintaan anak yang bakal meraung kalau nggak dituruti. Tapi kalau dituruti terus, anak nggak akan bisa belajar menghadapi tantangan hidup, nggak akan bisa lebih kreatif menyelesaikan masalah dan nggak akan pernah puas karena setelah A dituruti, dia akan terus merongrong minta B, C, D, dan begitu seterusnya.

Mengatakan ‘nggak’ atau ‘jangan’ pada anak akan membuatnya memberi respons negatif selama beberapa saat, namun percayalah seiring waktu ia akan belajar bahwa dalam hidup, keinginannya tidak akan bisa selalu terpenuhi.
Lebih bijak lagi kalau kamu perkenalkan teknik daur ulang sederhana untuk membuat mainan alternatif untuk anak. Selain hemat, juga membantu merangsang imajinasi anak agar lebih berkembang.
Kata siapa bilang ‘nggak’ atau ‘jangan’ itu haram ke anak? Boleh banget kok, asal berikan penjelasannya yang jelas dan masuk akal

Alih-alih sibuk mati-matian putar otak mencari substitusi kalimat terhalus, terindah dan paling nyaman buat anak, sesekali mengatakan ‘nggak’ dengan jelas dan gamblang perlu kok. Nggak dosa saat kamu bilang ‘Jangan beli-beli mainan terus ya, Nak!’ atau ‘Adek, nggak boleh ganggu teman lain yaa!’ secara terus terang tanpa usaha berlebih untuk memperhalusnya.
Misalnya nih, saat anak main dengan temannya dan merebut mainan salah seorang temannya. Jangan serta merta dibentak dan dimarahi dengan ganas ya, Buibu dan Pakbapak! Cukup larang dengan tegas, dengan lugas dan apa adanya.
Nggak sembarang bilang nggak, orangtua perlu pahami triknya untuk berkata ‘nggak’ ke anak, yang mampu memberikan dampak baik untuk perkembangannya

Bilang nggak memang baik dan memberikan kedisiplinan yang kelak akan anak butuhkan. Tapi ingat untuk nggak selalu mengucapkannya terlalu sering, sampai-sampai kata-kata itu hilang maknanya dan nggak lagi digubris sang anak. Pastikan kamu mengucapkan ‘nggak’ atau ‘jangan’ hanya pada saat sang anak butuh ketegasanmu.
Seringkali, sikap membangkang anak muncul saat dia sedang jenuh, sedang butuh perhatian atau saat dia merasa bahwa penolakan atau laranganmu kurang tegas. Pastikan kamu melakukannya dengan konsisten saja ya, Buibu dan Pakbapak!
Masih ingin menerapkan ‘Say No to No’ alias ogah bilang nggak ke anak dengan dalih ‘kasihan’ apalagi ‘nanti anak jadi makin pembangkang’? Tenang, dengan porsi dan cara yang bijak, bilang ‘nggak’ justru akan kasih sejuta manfaat

Dilansir dari parents.com dan huffingtonpost.com, dengan secara konsisten berkata ‘nggak’ atau ‘jangan’ pada anak terhadap hal-hal yang bersifat prinsipil, seperti melarangnya main gawai terlalu sering, memukul adik atau meraung minta mainan di mal akan membantu anak tumbuh menjadi anak yang lebih baik, lebih ulet, cerdas menghadapi kekecewaan, mengerti cara merangkai argumentasi yang baik, mengerti cara memprioritaskan sesuatu, memahami batasan seimbang antara bermain dan bekerja di masa depan yang mungkin nggak akan didapatkan di sekolah.
Jadi, jangan takut apalagi parno lagi ya untuk bilang ‘Nggak’ ke anak. Demi kesehatan mentalnya juga lho! Nggak mau ‘kan anak-anak di masa depan jadi semakin lemah dan nggak bisa cari solusi mandiri?

Psikolog sosial, Susan Newman, PhD juga mengungkapkan bahwa anak-anak yang mengerti kalau mereka nggak bisa selalu mendapatkan apa yang mereka inginkan akan cenderung lebih sukses di sekolah, dalam hubungan dan pergaulan serta perjalanan karier mereka.
Dengan sejuta kemudahan dan godaan di era serba digitalisasi seperti sekarang, memang merupakan tantangan tersendiri bagi para orangtua zaman now untuk menerapkan disiplin pada anak, agar generasi mendatang bukan jadi generasi yang nggak punya sopan santun, suka seenaknya sendiri dan manja. Nggak mau anakmu kelak jadi orang yang disebelin semua orang karena egois dan keras kepala hanya lantaran di rumah semua keinginannya terpenuhi?
Yuk, jadi orangtua yang lebih bijak dan tegas saat mendidik anak. Bukan berarti harus kasar dan melakukan KDRT juga kok demi mencetak generasi unggul. Yang penting sikapmu konsisten dan selalu memberikan contoh terbaik.






0 comments:
Post a Comment